ROHIL – rohilbertuah.com-Tak semua wartawan memulai kariernya dengan fasilitas dan kenyamanan. Bagi Drs. Wahyudi El Panggabean, MH, profesi wartawan justru ditempuh melalui jalan panjang penuh perjuangan.
Selama delapan tahun, ia menjalani liputan dengan berjalan kaki, menempuh jarak jauh demi berita yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kini, Wahyudi dikenal sebagai tokoh pers Riau yang tak hanya menulis berita, tetapi juga melahirkan buku-buku jurnalistik bernilai tinggi. Namun di balik reputasi itu, tersimpan kisah ketekunan dan kesabaran yang menjadi fondasi perjalanannya.
*Menapaki Dunia Pers dari Langkah Kecil*
Perjalanan Wahyudi di dunia jurnalistik dimulai dari bawah. Tanpa kendaraan, ia harus menempuh jarak berkilometer untuk menghadiri konferensi pers atau meliput peristiwa di pelosok desa.
” Selama delapan tahun saya jalan kaki. Kadang dari pagi sampai malam baru selesai liputan. Tapi bagi saya, setiap langkah itu adalah bagian dari panggilan hati,” kenangnya.
Langkah-langkah kaki yang melewati jalan tanah dan hujan deras itulah yang menjadi saksi kesungguhannya. Wahyudi percaya, jurnalisme bukan sekadar profesi, melainkan pengabdian kepada kebenaran.
*Belajar dari Sekolah Kehidupan*
Berbeda dengan wartawan masa kini yang serba digital, Wahyudi tumbuh di masa ketika berita ditulis dengan tangan dan dikirim lewat pos atau faksimile. Ia belajar jurnalisme langsung dari kehidupan. Dari masyarakat ia memahami makna empati, dari lapangan ia belajar arti kesabaran.
” Saya belajar bahwa berita itu punya ruh. Ruhnya adalah kebenaran, dan wartawan harus menjaganya tetap hidup,” ujarnya.
Bagi Wahyudi, lapangan adalah sekolah sejati. Setiap kisah manusia yang ia temui menjadi bahan renungan untuk menulis dengan nurani, bukan sekadar mengejar sensasi.
*Melahirkan Mahakarya Jurnalistik*
Setelah puluhan tahun berkecimpung di dunia pers, Wahyudi tak hanya dikenal sebagai wartawan senior, tetapi juga penulis produktif. Ia telah melahirkan sejumlah buku yang kini menjadi referensi penting bagi kalangan jurnalis muda dan akademisi komunikasi.
Beberapa mahakarya Wahyudi antara lain:
Wartawan Berani Beretika, menegaskan keberanian moral sebagai dasar kerja pers.
Strategi Wartawan Berburu Informasi dan Menghindari Kekerasan, membekali wartawan agar tetap profesional dan aman di lapangan.
Strategi Wartawan Menembus Narasumber dan Mengatasi Konflik, memaparkan seni bernegosiasi dalam situasi sulit.
Strategi Wartawan Meraih Integritas dan Profesionalisme, mengajak jurnalis menjaga idealisme di era digital.
Cara Praktis Menulis Berita dan Wawancara, panduan teknis yang aplikatif bagi wartawan pemula.
Dan Untukmu yang Ingin Jadi Wartawan Sukses (terbitan 2023), yang menjadi refleksi dan motivasi bagi generasi baru di dunia pers.
Selain itu, Wahyudi masih menyiapkan sejumlah karya lanjutan yang membahas dinamika pers dan peran wartawan di tengah perubahan zaman.
” Menulis buku bagi saya bukan soal nama. Ini tentang tanggung jawab moral untuk membekali generasi berikutnya agar tetap beretika,” ujarnya.
*Pencerahan bagi Generasi Muda*
Sebagai wartawan senior, Wahyudi kerap diundang memberikan pelatihan jurnalistik dan pencerahan etika pers di berbagai instansi, termasuk lembaga pemerintahan dan sekolah.
Salah satu kegiatan yang berkesan baginya adalah saat menjadi narasumber kegiatan coffee morning di Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi, di mana ia berbagi pengalaman kepada sejumlah insan pers daerah tentang pentingnya menulis sebagai sarana pembebasan batin.
Kegiatan yang berlangsung di Pojok WBK Bakery & Coffee Lapas Bagansiapiapi itu dihadiri puluhan wartawan daerah. Wahyudi berbagi pengalaman sekaligus memotivasi insan pers agar terus belajar dan berkarya secara profesional.
” Apabila Anda terus belajar satu jam setiap hari selama lima tahun, Anda akan menjadi yang terbaik di bidang jurnalistik ini,” ujarnya memberi semangat.
Sebagai Direktur Utama Pekanbaru Journalist Center (PJC), Wahyudi juga menekankan pentingnya menjaga idealisme dan semangat belajar di tengah arus perkembangan media yang kian pesat.
” Wartawan dikenal dari karya tulisnya. Jadi, tidak perlu takut soal rezeki. Asah terus kemampuan, jadikan karya Anda bernilai emas, dan suatu saat Anda akan dicari,” tambahnya.
Ia menegaskan, setiap jurnalis wajib bekerja berdasarkan Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers sebagai pedoman moral dan hukum dalam menjalankan profesinya.
” Tugas wartawan bukan hanya menulis berita, tetapi juga menegakkan kebenaran dengan cara yang beretika dan bertanggung jawab,” tegas Wahyudi.
*Etika dan Integritas di Tengah Arus Digital*
Di tengah derasnya arus informasi dan godaan sensasionalisme media, Wahyudi tetap teguh pada prinsipnya: berita harus berimbang, akurat, dan berpihak pada kebenaran. Ia menolak keras praktik jurnalisme yang menyesatkan publik.
” Kalau wartawan kehilangan integritas, sehebat apa pun tulisannya, itu hanya deretan kata tanpa makna,” tegasnya.
Ia percaya, keberanian sejati wartawan bukan pada suara kerasnya, tetapi pada keteguhannya menjaga etika dan kebenaran.
*Menulis sebagai Pengabdian*
Kini, di usia matang dan penuh pengalaman, Drs. Wahyudi El Panggabean, MH tetap aktif menulis dan berbagi ilmu. Ia masih menulis artikel, opini, dan esai reflektif yang memperkaya literasi jurnalistik di Riau.
Perjalanan delapan tahun berjalan kaki itu kini menjadi simbol dedikasi dan ketulusan seorang wartawan yang bekerja dengan hati. Dari langkah kaki menuju pena, ia menorehkan jejak yang tak lekang oleh waktu.
” Saya dulu berjalan kaki, sekarang berjalan dengan pena. Tapi arah langkah saya tetap sama menyampaikan kebenaran kepada masyarakat,” ujarnya menutup perbincangan.
Catatan Redaksi
Kisah Drs. Wahyudi El Panggabean, MH adalah potret ketekunan dan pengabdian dalam dunia pers daerah. Dari langkah sederhana, ia menapaki profesi mulia dengan penuh integritas. Ia bukan hanya wartawan, tetapi juga penulis, pendidik, dan penjaga etika jurnalistik yang lahir dari pengalaman nyata di lapangan.
Semangatnya menjadi inspirasi bagi generasi muda jurnalis untuk terus berkarya dengan keberanian, kejujuran, dan hati nurani.
Editor : redaksi